suaratabanan.id | Karangasem – Pelaksanaan Upacara Ida Bethara Turun Kabeh selama hampir satu bulan yang dimulai pada Purnama Kedasa 5 April 2023 lalu perlu mendapat perhatian dan evaluasi menyeluruh terlebih telah lahir Badan Pengelola Kawasan Pura Agung Besakih kata ketua Peradah Provinsi Bali I Putu Eka Mahardhika S.IP.,M.AP dalam kesempatan aksi kedas sampah plastik yang diinisiasi Info Besakih bersama Peradah Provinsi Bali, Peradah Karangasem, KMHDI, Yowana Besakih, Karang Taruna Desa Besakih, Literasipedia dan partnerofficial.
Menurut Eka Mahardhika yang juga Akademisi Fisip Universitas Warmadewa, Sebagai Hulu Bali Pura Agung Besakih seyogyanya dan sepantasnya mendapat perhatian yang intensif melalui evaluasi menyeluruh terutama keluhan selama hampir satu bulan pelaksanaan upacara Ida Bethara Turun Kabeh. Beberapa aspek pengelolaan seperti arus lalu lintas menjadi kendala utama yang terus dikeluhkan banyak pemedek yang harus mengalami antrean panjang, sistem pengaturan lalu lintas perlu dikoordinasikan lebih intensif kedepannya, selain itu para pengayah yang melaksanakan bakti penganyaran juga terkena dampak tidak bisa sesuai jam yang telah diatur sebelumnya bahkan ada sekaa gong yang akhirnya memutuskan membatalkan ngayahnya karena terjebak macet panjang dan proses penganyaran yg telah selesai duluan, belum lagi kondisi sampah yang perlu atensi lebih dari pemerintah dan krama yang tangkil untuk sadar mengkondisikan sampah yang dihasilkannya. Dari sisi pos kesehatan perlu juga ditingkatkan jumlah pos kesehatannya karena tidak sedikit pemedek yang lemas bahkan pingsan akibat berdesakan karena volume pemedek yang membludak. Eka Mahardhika juga menegaskan pentingnya penataan plang informasi serta petunjuk arah sehingga pemedek tidak kebingungan saat di Pura untuk mengakses sarana vital yang disediakan oleh badan pengelola terutama pos kesehatannya.
Keberadaan toilet juga perlu di atensi karena air sempat tidak mengalir sehingga banyak pemedek yang kecewa ketika masuk toilet yang sudah megah.
Apa yang telah di prakarsai tentang penataan kawasan Besakih oleh Gubernur Bali Bapak Wayan Koster patut diapresiasi sebagai langkah kesadaran menata kawasan Besakih akan tetapi perlu juga dilakukan evaluasi agar kemegahan penataan awal ini juga dibarengi dengan perawatan yang memadai kedepannya. Selain penataan fisik pekerjaan rumah lanjutannya adalah penataan managemen pengelolaannya serta penataan sumber daya manusia penyangganya sehingga Pura Agung Besakih sebagai hulu Bali bisa sesuai dengan visi nangun Sat Kerti Loka Bali. Eka Mahardhika menegaskan mengelola kawasan suci ini butuh menajemen yang “saling isi saling gisi”untuk menghasilkan output layanan yang optimal tutupnya. (ST-BY)