fbpx
Seni & BudayaTabanan

Hilangkan Kesan “Jaruh” Pertahankan Taksu Joged Bumbung

suaratabanan.id | Tabanan – Paiketan Seniman Bali (PSB) Kabupaten Tabanan serangkaian hari Kartini Tahun 2023 menyelenggarakàn workshop Tari Joged Bumbung. Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung I Ketut Maria tersebut dibuka Bupati Tabanan diwakili Sekda I Gede Susila. Minggu (13/4/2023)

Bupati dalam sambutannya mengatakan, Paiketan Seniman Bali – PSB Kabupaten Tabanan, walau keberadaanya dinilai baru, namun kiprahnya sudah cukup banyak dan sejalan dengan visi Kabupaten Tabanan dalam melestarikan seni dan bidaya ” Nangum Sat Kertih Loka Bali, menuju Tabanan Era Baru untuk mewujudkan masyatakat yang Aman Unggul dan Madàni – AUM”.

“Melalui workshop ini diharapkan nantinya tari joged bumbung tetap mengedepankan pakem, etika dan estetika, sehingga tari tradisional Bali ini jauh dari kesan porno.” tegas bupati

Sedangkan ketua panitia I Made Noviànta S.S.n., M.Sos mengatakan, sekha joged bumbung di Tabanan yang terdata sampai saat ini sebanyak 32 sekhe, namum diyakini jumlahnya jauh diatas itu.

“Peserta workshop teridiri dari lebih dari 40 peserta dan sejumlah penari joged bumbung dari semua kecamatan yang ada di Tabanan” tegas Novianta.

Kegiatan sehari yang dipandu moderator I Nyoman Ardika alias Sengap itu menghadirkan 3 praktisi seni sebagai narasumber masing-masing, Praktisi seni tari Ni Luh Nyoman Sri Suryati S.Sn yang kesehariannya sebagai kabid. kesenian disbud. Tabanan dalam paparannya mengatakan, Joged merupakan tari tradisional dan tari pergaulan yg berkembang sejak th 40 an sampai sekarang. Guna menjaga kelestarian dan tidak keluar darii pakem dan etika, para penari diminta untuk tetap menjaga gaya pakem joged agar tidak norak dan terkesan jaruh.

‘ Goyangan joged bumbung itu kesamping bukan kedepan . Joged adalah tarian khas masyarakat Bali yg adiluhung , untuk itu para penari diminta tetap berpegang pada satyam ,Siwam dan Sundaram.” Tegas Suryati.

Suryati juga minta kepada para penari joged bumbung , walaupun ada pengibing memancing keluar pakem, penari joged jangan terpancing keluar dari etika agar tari joged tidak terkesan porno melainkan kembali pada pakem sesuia etika dan estetika

Sementara Praktisi seni I Komang Gede Dedi Diana Ssn. M.Si alias Bli Tompel yang juga seorang dosen di Unhi Denpasar, berbicara tentang sejarah perkembangan joged bumbung.

Dikatakan Joged dulunya merupakan persembahan untuk para tamu – tamu kehormatan di istana . Lambat laun tari persaudaraan ini menyasar kedesa- desa, dimana pengibingnya tidak saling bersentuhan melainkan menari disisi timur dan barat dalam satu kalangan atau bersebrangan dimana pengibing mengikuti tari joged dan apa bila ada kesalahan pengibing itu justru menjadi bahan tertawaan penonton.

Sedangkan praktisi seni kerawitan Bali I Ketut Gede Rudita, S. Sn. M.SI alias Sokir, berbicara tentang Gambelan joged bumbung.

Walau belakangan kolaborasi ganbelan dengan alat musik yang bisa memancing goyangan terkesan porno, seorang penari joged maupun pengibing tetap pada pekem etika dan estetika.

“Melalui kegiatan ini semua pihak diharapkan, agar bisa menghilangkan gerak erotis yg membawa kesan tari joged bumbung tarian porno. Jika itu tetap terjadi dikawatirkan tari joged bumbung akan berdampak negatif terhadap generasi mendtaang.”tegas Rudita.

Diakhir kegiata moderator I Nyoman Ardika menyampaikan, Tarian joged bumbung agar tetap pada pakem, etika dan estetika, sehingga tarian trasisional Bali joged bumbung yang menjadi warisan budaya tak benda dari Unesco ini tetap lestari dan tetap metaksu.(ST-WIN)