JEMBRANA | suaratabanan.id – Mainan tradisional yang pernah digemari anak-anak puluhan tahun yang lalu, tampaknya harus diperkenalkan kembali. Meskipun hanya sebatas mainan yang berbahan bambu, namun tentu ada nilai filosofinya dan biasanya permainan atau mainan tradisional yang terbuat dari bahan ramah lngkungan menjadi menarik, apabila kembali diperkenalkan. Untuk memperkenalkan atau paling tidak mengingatkan mainan anak-anak jaman lama, perlu keseriusan dan jadi daya tarik apabila dimodifikasi menjadi kekinian. Sekarang ini, terutama kegemaran anak-anak termasuk kalangan remaja , permainannya lebih didominasi dengan tehnologi digital bahkan permainan game, sehingga amat jarang anak anak bermain mainan tradisional.
Mainan tempo dulu itu, sengaja ditonjolkan, karena di masa lalu, sering dipergunakan oleh anak-anak di Loloan sebagai salah satu bentuk permainan. Mainan jenis ini, dibuat dari bahan bambu dan kayu. Namun sayang main jenis itu, sudah tidak musim lagi. Bergesernya mainan khas Loloan itu, salah satunya dikarenakan pengaruh tehnologi dan dinilai bentuk mainan itu tergolong kuno. Cikar-cikaran yang dibawakan anak-anak itu, tampak tidak terlalu kuno, karena dimodifikasi. Tidak hanya dipasang lampu sentir, tetapi juga dihiasi lampu-lampu kecil dibagian cikar-cikaran itu. Pemandangan itu terlihat pada pawai obor dan cikar-cikaran yang kembali diigelar Remaja Loloan Timur yang merupakan serangkaian memeriahkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijrah di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Rabu (19/07). Pawai cikar-cikaran ini, cukup berdampak bagi perajin pembuat cikar-cikaran. Bahkan menurut Kaling Loloan Timur, Muztahidin, beberapa perajin di Loloan Timur tampak kewalahan menerima pesanan. Mereka menjual dari kisaran 20 ribu hingga 25 ribu rupiah.
Seperti tahun sebelumnya, pawai obor dan cikar-cikaran itu menempuhkan rute keliling dari Kelurahan Loloan ke utara menuju jantung Kota Negara lalu ke arah barat menuju Kelurahan Loloan Barat, hingga kembali berakhir di Loloan Timur. Ratusan orang yang terlibat dalam pawai itu, termasuk juga anak-anak dan para pemuda. Selain cikar-cikaran, pawai kemarin itu juga menampilkan tradisi memboreh, nyale, sunatan ala lama, dan beberapa tradisi Loloan lainnya. Mereka terutama para remajanya, cukup antusias mengikuti, bahkan meski dana terbatas dan secara swadaya, Pawai Obor dan Cikar-Cikaran dapat berjalan dengan lancar serta aman.
Ketua Remaja Loloan Timur, Ahmad Azmy kemarin mengatakan pawai cikar-cikaran yang merupakan mainan tradisional dari bahan bambu itu, membuat keberuntungan bagi para perajinnya. Tiga hari sebelum digelarnya pawai, para perajin cikar-cikaran sudah mulai banyak pesanan. Dalam satu hari, dua orang perajin bisa mengerjakan sampai 16 unit cikar-cikaran. “Harganya pun variatif, bila aserorisnya kurang lengkap bisa mencapai Rp 15 ribu. Sedangkan yang lengkap dengan asesoris lampu harganya mencapai Rp 25 ribu,” ujarnya. Selain anak-anak yang memainkan mainan cikar-cikaran ini, para remajanya juga mengenakan pakaian jaman lame. Rangkaian merayakan tahun Baru Islam,1 Muharam ini, juga diisi dengan kegiatan lainnya, hingga tanggal 16 Agustus mendatang. Menurutnya, biasanya Pawai Obor dan Cikar-cikaran serangkaian dengan Hajtan Budaya Loloan Jaman Lame, seperti pada tahun lalu. Namun Festival Budaya Loloan Jaman Lame, informasinya tahun ini, diundur di Bulan Oktober mendatang. Sementara dalam kegiatan tersebut selain dihadiri Kepala Lingkungan Loloan Timur, Muztahidin, juga Lurah Loloan Timur, IB Komang Wibawa Manuaba, anggota DPRD Jembrana H. Muhamad Yunus dan tokoh lainnya. (ST-ONO).