fbpx
Ekonomi

Olahan Dapur Rumah Khairil Anwar

Abon PIRT Khairil Jembrana

JEMBRANA | suaratabanan.id – Tak kenal menyerah. Meski berawal dari omzet yang sangat minim, namun bukan berarti tak mau berinovasi. Demikian sikap yang dipilih Khairil Anwar (45) warga Lingkungan Loloan Timur Kecamatan Jembrana. Usaha yang dirintisnya sejak 10 tahun, kini mulai dipetik hasilnya. Olahan daging ayam dijadikan abon sebagai lauk pauk, bukan berarti jadi begitu saja. Pilihan banting setir untuk mengolah produksi abon sebagai produksi rumahan, adalah sikap tepat yang dipilihnya. Lalu apa yang menjadi inovasinya dari berjualan makanan termasuk sayuran keliling kampung dan desa, beralih berusaha memproduksi abon di dapur rumahnya.

Saat ditemui di dapur rumahnya, Khairil tampak baru saja selesai mengolah daging ayam menjadi makanan siap saji berupa abon. Biasanya masyarakat mengenal abon itu dari daging sapi.Tapi bagi Khairil, lebih memilih daging ayam menjadi bahan olahannya. Meskipun sudah hal yang lazim olahan produksi abon ada di mana-mana, tapi bagi Khairil tak salah mencoba dan terus berinovasi. “Saya mengawali berinovasi dengan mengolah produksi abon yang bahannya dari daging ayam. Usaha inovasi ini saya lakoni sudah hampir sepuluh tahun dan sebelumnya saya berjualan nasi bungkus, jajanan dan lauk pauk matang keliling kampung sampai keluar kecamatan. Banyak pembeli waktu itu, meminta abon. Namun waktu itu saya memang tidak berjualan abon. Dari alasan sederhana itu, saya berusaha untuk membuat abon sendiri. Dari sejak itulah saya memproduksi abon sampai sekarang,” ulasnya.

Ternyata belajar memuat abon, diperoleh dari resep ibunya. “Sejak dulu saya lihat ibu membuat abon, sehingga ketika saya belajar dan mempraktekkannya saya lebih mudah bisa sampai sekarang,” ujarnya. Setelah merasa mahir, dia mengaku belajar lebih serius lagi dengan otodidak. Hasil produksi yang dihasilkan ternyata diterima
masyarakat. Bahkan dari rasanya , amat gurih serta renyah. Jenis abon seperti ini, menurutnya memang sudah banyak yang memproduksi, tetapi tidak menyurutkan untuk terus menggeluti kuliner abon dari bahan ayam. Setiap hari sejumlah warung menjadi langganan produk abonnya. Abon produksinyai, dia kemas menjadi dua kemasan mika. Pertama ukuran 5S diberi harga 5000 rupiah dan ukuran 7 K dengan harga 3000 rupiah. Tak hanya berbentuk kemasan itu, abon produksinya juga sudah tembus sampai ke luar Bali. Khairil sendiri mengaku pemasarannya juga lewat online. Bila penjualannya sampai ke luar Bali dikemas secara khusus.

Bicara soal bahan yang dibutuhkan setiap hari adalah daging ayam dengan harga mencapai 34 ribu rupiah perkilo. “Saat mengawali saya produksi dari dua kilogram abon hingga sekarang sudah mencapai 20 kilogram abon. Perkilo harganya 180 ribu rupiah,” ujarnya.

Abon ayam cap bintang yang dimilikinya ini sudah lengkap perizinannya seperti ijin PIRT (Produksi Industri Rumah Tangga). Abon yang diproduksinya terkenal renyah dan cocok bagi anak.anak hingga orang tua. Kunci kerenyahannya itu, berasal dari cara olahnya. Meski tak secara rinci dijabarkan, Khairil menuturkan bagaimana garis besar cara membuatnya. Daging ayam yang sudah dipotong sebanyak 15 kilogram direbus dengan menggunakan dua panci selama 1,5 jam. ” Setelah itu didinginkan lalu dipisahkan tulang dengan daging. Selanjutnya daging itu baru disuwir-suwir dengan menggunakan tangan. Saya mengerjakannya cukup dua orang. Saya sendiri yang mengerjakan dengan istri. Setelah itu di bumbui lengkap, dengan standar abon orijinal dan digoreng,” ujar Khairil. Proses itu selesai, selanjutnya dipres hingga dikemas dan siap jual. (ram/db)